
Ia bahkan menyembunyikan sakit mematikan yang sedang menggerogoti tubuhnya. Beliau selalu mengutamakanku di atas segala kepentingan yang lainnya. Tak peduli seberapa sakit yang ia tahan, ia selalu mengantar dan menjemputku ketika aku masih sekolah di bangku TK. Mungkin tak pernah menjanjikanku untuk membelikan barang-barang mewah dan mahal seperti orang lain, tetapi ia selalu memberikanku hal-hal kecil yang dapat membuat senyumku melebar. Membelikanku balon, memberiku permen, mengajakku mengelilingi kota, melipatkan kertas menjadi bentuk-bentuk yang lucu, menari dan berjoget bersama. Hal itu bahkan lebih mahal daripada barang-barang mewah yang ada.
Sampai pada suatu ketika, mungkin ia sudah tidak tahan dengan sakit yang menggerogoti tubuhnya, maka ia meninggalkanku. Meninggalkan kami. Aku anak kecil yang masih berumur 5 tahun pada saat itu, dengan polosnya saat ingin berangkat sekolah aku masih berkata kepadanya "Opung, aku pergi sekolah dulu ya. jangan lama lama tidurnya. nanti aku pulang, gak lama kok sekolahnya" padahal sudah jelas ia berada di peti mati dengan keadaan tubuh yang sudah pucat dan mendingin.
Mungkin aku tidak terlalu lama menghabiskan waktuku bersama dengannya karena pada saat itu aku berada di kota yang berbeda dengannya sebelum aku memutuskan untuk pulang dan tinggal di kota yang sama dengannya. Namun setiap detail kenangan masih terekam jelas di kepalaku betapa bahagianya aku saat masih memiliki dia. Aku bangga kepadanya karena ia berhasil mendidik anak-anaknya bahkan sampai kepadaku untuk menjadi orang yang baik. Sampai detik ini ia meninggalkan banyak jejak yang diingat oleh orang-orang betapa baiknya ia, betapa pengorbanannya ia, dan banyak hal-hal baru yang ia ciptakan. Tak dapat dipungkiri bahwa sampai sekarang, setiap malam aku selalu merindukannya. Perkenalkan, beliau adalah kakekku.
Komentar
Posting Komentar